Kamis (19/05/2016) bertempat di Aula Fakultas Humaniora, seorang pakar kesusasteraan melayu dari National University of Singapore (NUS) hadir dan membedah mainsteam yang sudah lama tertanam di kalangan akademisi universitas seperti NUS dan juga UIN Maulana Malik Ibrahim Malang khususnya pemerhati sastra atau sarjana sastra yang selama ini terkungkung dalam pendekatan formalisme, dimana titik tekan penelitian dan kajiannya hanya berkutat dalam teks dan bentuk-bentuk karya sastra saja, belum masuk ke dalam esensi karya tersebut, kenapa seorang sastrawan membuat karya tersebut dan bagaimana kondisi sosial saat karya sastra itu lahir, bahkan sejauh mana efek yang diakibatkan oleh sebuah karya sastra seperti yang telah dibuat oleh buya HAMKA, Pramoedya Ananta, Ahmad Thohari, Chairil Anwar, Ayu Utami, dan beberapa sastrawan lainnya.
Ketika membahas Isu-Isu terkini dalam dunia sastra malayu bukan berarti kita sedang membicarakan model kerudung terkini siti nur haliza atau yang lainnya, akan tetapi perlu kita renungkan kembali apakah itu isu-isu terkini dalam dunia sastra? Bukan itu, tetapi isu-isu dalam karya sastra yang mengangkat isu kemanusiaan, isu pedamaian, isu sosial dan lainnya yang mana isu tersebut selalu bekembang sepanjang masa. Inilah isu-isu terkini dunia sastra yang harus kita perhatikan dan kita diskusikan di Universitas bukan hanya membahas struktur teks dan bentuknya sehingga karya sastra dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Prof. Azhar mengatakan isu-isu terkini dalam sastra adalah isu-isu yang tidak pernah mati ditelan zaman dan menjadi permasalahan manusia sejagad. Prof. Azhar membagi sastra melayu menjadi 5 kelompok:
1. Sastra Indi, merupakan karya sastra yang dihasilkan oleh rasa ketidakpuasan terhadap penguasa, seperti yang terjadi di malaysia akhir-akhir ini. bahasa yang digunakan cenderung kasar dan tidak mengikuti kaidah yang berlaku karena tidak ditulis oleh sastrawan atau ahli bahasa.
2. Sastra Perlawanan, merupakan hasil karya sastra yang berasal dari perlawanan sebuah ideologi tertentu, dan bahasa yang digunakan lebih baik dari sastra indi.
3. Sastra Spiritualitas dan Kerohanian seperti karya-karya Gus Mus yang memberikan pencerahan bagi pembacanya.
4. Sastra Ekzin atau Bekas Tahanan.
5. Sastra Memory atau Sejarah, dimana Sastra ini banyak membicarakan kejayaan masa lalu, seperti Novel Sang Kyai, Sang Pencerah, dan lain-lain. [sh]