Filosofi Pendidikan

Model pendidikan yang dikembangkan oleh Program Studi Sastra Inggris mengacu pada filosofi pendidikan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yaitu “Ulul Albab“. Istilah ini disebutkan sebanyak 16 kali dalam Al-Qur’an, yang apabila disimpulkan memuat profil hamba Allah yang memiliki lima karakteristik utama, yaitu: (1) selalu sadar akan kehadiran Tuhan pada dirinya dalam segala situasi dan kondisi, sambil berusaha mengenali Allah dengan kalbu (dzikr) serta mengenali alam semesta dengan akal (fikr), sehingga sampai kepada bukti nyata akan keagungan Allah dalam segala ciptaannya; (2) tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, serta mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian dipilih yang baik walaupun harus sendirian dalam mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang; (3) mementingkan kualitas hidup baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan, sabar dan tahan uji walaupun ditimpa musibah dan diganggu oleh setan (jin dan manusia), serta tidak mau berbuat onar, keresahan, kerusuhan, dan berbuat makar di masyarakat; (4) bersungguh-sungguh dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan, kritis dalam menerima pendapat, teori atau gagasan dari manapun datangnya, serta pandai menimbang-nimbang untuk ditemukan yang terbaik; (5) bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakat, dan tidak suka duduk berpangku tangan di laboratorium belaka, serta hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan, tetapi justru tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memecahkan problem masyarakat.

Dalam konteks pengembangan konsep keilmuan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengadopsi konsep “Pohon Ilmu” yang secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu akar, batang, dan buah. Akar menggambarkan dasar-dasar ilmu yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Batang menggambarkan pilar-pilar yang harus dimiliki mahasiswa. Buah adalah hasil dari dasar dan pilar keilmuan oleh mahasiswa, yang dapat berupa kepercayaan, cara berpikir, dan bertindak. Sebagai sebuah metafora, pendidikan (tarbiyah) di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga diibaratkan sebagai pohon rindang dengan akar yang kuat, batang yang kokoh, serta buah yang lebat. Pohon tersebut menjulang tinggi ke langit, lebat buahnya dan manis rasanya. Akarnya kuat menghunjam ke dalam tanah. Pohon tersebut sebagai lambang struktur atau bangunan ilmu yang seimbang, kokoh, dan terus mengembangkan tunas-tunas baru di masa depan. Akarnya yang kuat adalah lambang dasar-dasar ilmu keislaman dan bahasa asing sebagai alat utama menggali dan mengembangkan keilmuan lebih lanjut. Sedangkan buah yang lebat dan manis rasanya adalah lambang output atau lulusan yang bermanfaat bagi semua, di mana saja, dan kapan saja ia berada, sesuai sabda Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk sesame. Khairun Naas Anfa’uhum Lin Naas.

“Pohon Ilmu” merupakan metafora pengembangan keilmuan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Tarbiyah Ulul Albab. Pendidikan (tarbiyah) dalam Islam menggabungkan prinsip ide (iman) dan tindakan (amal) secara bersama-sama. Hal ini menunjukkan bahwa keimanan seseorang harus diimplementasikan dalam kehidupan sosial. Secara empirik agama Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablun min Allah) dan hubungan antarsesama manusia atau alam semesta (hablun min al-nas). Tarbiyah berpijak pada prinsip tauhid (keutuhan dan keterpusatan pada Tuhan) yang mengajarkan kita untuk menghimpun pandangan yang holistik, terpadu, dan komprehensif. Dengan demikian, konsep tarbiyah yang belandaskan tauhid perlu dirancang secara integratif. Konsep ini menegaskan bahwa aspek-aspek integratif secara signifikan akan meningkatkan kekuatan, relevansi, dan efektifitas pengalaman belajar dan mengajar. Pendek kata, Tarbiyah Ulul Albab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan konsep pendidikan integratif yang bertujuan untuk melahirkan manusia yang terus menerus melakukan fikr, dzikr, dan amal shaleh. Tiga aspek tersebut harus dimiliki oleh seluruh sivitas akademik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya para mahasiswa dan lulusan.

Filosofi Kurikulum Integrasi

Konsep kurikulum integrasi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengandung makna “berangkat dari tauhid dan berakhir pada tauhid, atau dari basmalah menuju hamdalah.” Konsep ini menjadikan ayat-ayat qauliyyah dan ayat-ayat kauniyyah sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Wahyu (al-Qur‘an dan al-Sunnah al-Mutawatirah) bersifat mutlak dan harus diyakini kebenarannya oleh seluruh sivitas akademika. Al-Qur‘an sebagai ayat qauliyah-tadwiniyyah yang bersifat deduktif memberikan informasi kepada manusia tentang fenomena alam semesta yang bersifat induktif (ayat-ayat kauniyah). Sementara itu, filsafat dan ilmu sebagai produk akal manusia perlu mengungkap esensi wahyu sehingga kebenarannya dapat terkuak dan disebarluaskan ke masyarakat. Wahyu perlu dikaji secara terus menerus sehingga melahirkan sebuah teori dan –pada saat yang sama– teori perlu memiliki landasan wahyu agar dapat diimani. Wahyu merupakan informasi ilahiyah yang berisi hukum-hukum, etika, dan ilmu pengetahuan yang bersifat absolut. Oleh sebab itu, tugas ilmuwan adalah melakukan kajian dan penelitian untuk memperoleh informasi ilmiah melalui dua ayat-Nya, yaitu ayat qauliyah-tadwiniyyah (al-Qur‘an), dan ayat kauniyyah, yaitu hukum keteraturan alam semesta ini.

Adapun filsafat sebagai metode berpikir rasional-spekulatif bertugas melakukan perenungan terus-menerus tentang penciptaan alam semesta. Sementara ilmu sebagai metode berpikir rasional-empirik bertugas mencari bukti kebenaran qauliyah Allah SWT. Masalah-masalah yang bersifat perenungan yang belum ditemukan bukti empiriknya didekati melalui filsafat yang bersifat rasional-spikulatif-apriori, sementara masalah-masalah yang dapat diverifikasi secara empirik didekati melalui ilmu, sesuai dengan sifatnya yang rasional-logik-empirik-aposteriori (logico-hypotetico-verificative). Ayat-ayat al-Qur‘an (wahyu) sendiri memuat pernyataan normatif yang perlu dianalisis untuk diterjemahkan secara objektif untuk “dibumikan.” Oleh sebab itu, ia harus dirumuskan dalam bentuk teori.

Sebagaimana kegiatan analisis data yang dapat menghasilkan konstruk-konstruk, maka analisis terhadap konstruk konstruk teoretis al-Qur‘an juga perlu dilakukan. Elaborasi terhadap konstruk-konstruk teoretis al-Qur‘an inilahyang hakikatnya merupakan kegiatan Qur’anic-theory building dan dapat melahirkan paradigma al-Qur‘an (Qur’anic Paradigm).

Dalam perpektif kurikulum integrasi, ilmu pengetahuan secara ontologis berlandaskan akidah, secara epistemologis berlandaskan syari‘ah, dan secara aksiologis berlandaskan akhlak. Ontologi Islam bercorak monism; artinya, Tuhan adalah asal-usul dari segala sesuatu, Yang Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Epistemologi Islam bercorak eklektik, yang tidak saja rasional empiris, namun juga intuitif dan berlandaskan wahyu, sebagai sumber pertama dan utama. Sementara itu, aksiologi Islam berwawasan etis dan humanis, berdasarkan kemaslahatan umat. Oleh sebab itu, ilmu dalam Islam terikat oleh nilai Islam itu sendiri (value bond). Dengan kerangka berpikir di atas, seluruh ilmu yang dikembangkan terintegrasi dengan ajaran dan nilai keislaman. Integrasi ilmu dan Islam berangkat dari tauhid dan berakhir pada tauhid pula.

Kurikulum integrasi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diimplementasikan melalui strategi-strategi berikut:

  1. Integrasi ilmu dan Islam dimanifestasikan melalui kurikulum (termasuk RPS dan buku ajar) dan penulisan karya ilmiah;
  2. Mata kuliah dan produk karya ilmiah dirancang secara inheren dengan konsep integrasi;
  3. Integrasi pada mata kuliah dilakukan dengan memasukkan aspek nilai, karakter, dan tauhid berdasarkan al-Qur‘an dan Hadits;
  4. Fakultas atau Prodi merancang Laboratorium al-Qur‘an dan Hadits untuk mengkaji dalil-dalil naqli terkait dengan disiplin ilmu masing-masing;
  5. Sivitas akademika melakukan tadabbur al-Qur’an untuk memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an terkait dengan bidang ilmu;
  6. Dosen menjadi bagian dari kurikulum itu sendiri (hidden curriculum). Seluruh ucapan, tindakan, dan keputusan dosen menjadi teladan untuk mahasiswa;
  7. Dosen memperoleh pelatihan atau penguatan konsep dan praktik integrasi ilmu dan Islam;
  8. Sivitas akademika memberikan dukungan penuh terhadap program yang dilakukan oleh Unit Penunjang Integrasi Sains dan Islam, antara lain Ma’had Al-Jami’ah, Masjid, Pusat Hafalan al-Qur‘an (Haiat Tahfiz al-Qur’an), Pusat Pengembangan Bahasa Asing, dan Laboratorium
https://jdih.magetan.go.id/wp-content/slot-gacor/ https://jdih.magetan.go.id/wp-content/slot88/ https://jdih.magetan.go.id/wp-content/sbobet/ https://origin-aus-mvcapi.subway.com/ https://widgets-tm.wolterskluwer.com/ https://dev-prt-ja.fujifilm.com/ https://beast-am.kantar.com/